SANTUN

“Kasih itu tidak melakukan yang tidak sopan.” (1 Korintus 13:5.)

Profesional, seorang wanita sedang berlari-lari mengejar pesawat di salah satu bandara paling ramai di Amerika Serikat. Kepergiannya kali ini untuk menghadiri sidang thesis-nya. Dia harus terbang ke negara bagian lainnya untuk diuji apakah dia layak mendapatkan gelar master di bidang bisnis internasional atau tidak. Saat lari di koridor bandara itulah dia melihat seorang perempuan setengah baya tampak kesulitan membawa barang bawaannya yang jatuh berantakan. Dia bergumul. Di satu sisi, dia pun harus mengejar pesawatnya sendiri, tetapi di sisi lain nuraninya menyuruhnya untuk menolong wanita itu.

Hati nuraninya menang. Dia berhenti dan membantu wanita itu memunguti map dan berkas-berkas yang berserakan. “Omong-omong Ibu mau ke mana?” tanyanya. “New York,” jawab wanita itu singkat. “Wah, kalau begitu kita satu pesawat,” ujar calon master itu. “Baik, saya duluan. Saya akan memberitahu pramugari untuk menunggu sampai Ibu tiba di pesawat.” Keesokan harinya, saat dia sudah duduk di kursi sidang, dia begitu terkejut karena melihat ibu tua yang dia tolong kemarin duduk di bangku penguji. Rupanya dia merupakan dosen tamu kehormatan yang ikut mengujinya. Di dalam beberapa kesempatan, ketika dia mengalami kesulitan menjawab, dosen tamu itu secara halus sekali mengarahkan jawabannya. Dia lulus.

Profesional, sopan santun memang layak diperjuangkan. Orang yang dewasa akan terus memperjuangkan sikap ini meskipun secara kasat mata dan instant tidak mendapatkan manfaatnya secara langsung. Saya percaya, berkat dari Allah jauh lebih penting dari manfaat yang kita peroleh karena berperilaku dan bersikap sopan. 

Doa: Bapa, saya sungguh berterima kasih karena Firman-Mu bicara secara langsung dan menyentuh sampai ke masalah sehari-hari.