Info Rencana

Lebih Baik Bersama: Mencari Tuhan Bersama Orang LainSampel

Better Together: Seeking God With Others

HARI KE 6 DARI 7

Mengampuni dengan cuma-cuma.



Pengampunan bukanlah tindakan sesaat, melainkan sikap yang permanen. — Martin Luther King, Jr.



Kita mungkin telah mendengar banyak perumpamaan atau ungkapan mengenai pengampunan:



Mengampuni itu seperti membebaskan seorang tahanan dan menyadari bahwa ternyata tahanan tersebut adalah diri Anda sendiri.

Orang harus menjadi kuat agar bisa meminta maaf, dan harus lebih kuat lagi untuk bisa mengampuni.

Pengampunan tidak membuat Anda lemah, tetapi membebaskan Anda.



Ungkapan-ungkapan di atas memang benar dan kita bahkan mempercayainya. Tetapi, karena sesuatu hal, kita masih bergumul untuk mengampuni orang lain, sekalipun orang yang terdekat dengan kita. Mengapa? Karena ada rasa sakit di dalamnya. Ketika seseorang melakukan sesuatu yang melukai kita, rasanya sakit sekali. Mempertimbangkan untuk tidak melawan mereka rasanya sungguh bodoh bagi kita. Kita berpikir bahwa mereka harus membayar untuk perbuatan mereka, dan caranya adalah dengan menahan pengampunan.



Tetapi bukan mereka yang membayarnya, melainkan kita. Bertahan untuk tidak mengampuni sama dengan menggerogoti diri kita dari dalam keluar. Hal ini membahayakan kita, bukan orang lain yang tidak kita ampuni. Yang lebih sulit lagi adalah ketika kita terluka oleh seseorang yang dekat dengan kita; seseorang yang “bersama-sama menjalani kehidupan” dalam komunitas kita. Mengampuni bukan hanya penting bagi komunitas kita bersama pengikut Kristus lainnya, tetapi juga bagi kondisi hati kita sendiri.



C.S. Lewis mengatakan, “Menjadi orang Kristen berarti mengampuni yang tak terampuni karena Allah telah mengampuni hal-hal yang tak terampuni dalam diri kita.” Karena beberapa hal, kita beranggapan bahwa dosa kita tidak seburuk orang lain. Kita melihat orang yang menodongkan senjata kepada orang lain dan berpikir betapa mengerikannya perbuatan mereka. Sementara itu kita memaklumi pergunjingan dan dusta putih yang sepele selama bertahun-tahun dalam hidup kita karena hal itu “tidak begitu buruk.”



Yang menjadi masalah dari pola yang kita yakini ini adalah kita mengukur diri kita terhadap orang lain. Jika manusia yang kita jadikan patokan, maka targetnya akan selalu bergerak. Tetapi jika Yesus yang menjadi standar, kita akan segera menyadari bahwa sikap buruk atau roh pergunjingan adalah dosa. Bahkan kita tidaklah sempurna. Kita tidak bisa beranggapan bahwa dosa kita tidaklah buruk. Konsekuensinya mungkin berbeda, tetapi semua dosa berarti meleset dari standar Tuhan..



Orang-orang akan mengecewakan kita. Mereka akan meninggalkan kita, bahkan orang-orang terdekat kita. Sama seperti Tuhan telah mengampuni dosa-dosa kita, kita harus berbuat sama terhadap orang lain:kita harus melepaskan mereka dari kait. Jika pemahaman tersebut tertanam jauh di dalam hati kita, mengampuni seseorang akan menjadi lebih mudah, sehingga memungkinkan kita hidup dalam kemerdekaan.



Renungan




  • Apakah Anda cenderung mudah mengampuni atau sulit membiarkan sesuatu berlalu begitu saja? Mengapa?

  • Siapakah yang perlu Anda ampuni? Mintalah Tuhan menolong Anda supaya bisa memilih untuk mengampuni orang ini.

  • Tuliskan ilham apa yang Tuhan sampaikan kepada Anda melalui bacaan Alkitab atau renungan hari ini.

Firman Tuhan, Alkitab

Hari 5Hari 7

Tentang Rencana ini

Better Together: Seeking God With Others

Tuhan tidak pernah bermaksud agar kita menjalani kehidupan seorang diri. Agar menjadi makin serupa dengan Dia, kita membutuhkan pengikut Kristus lain di sekitar kita. Entah apakah Anda telah memiliki komunitas yang luar ...

More

Rencana Bacaan Alkitab ini dibuat dan disediakan oleh YouVersion.

YouVersion menggunakan cookie untuk mempersonalisasi pengalaman Anda. Dengan menggunakan situs web kami, Anda menerima penggunaan cookie seperti yang dijelaskan dalam Kebijakan Privasi kami